Aktris Alya Rohali baru-baru ini berbagi kisah perjuangan putrinya, Namira Adjani Ramadina, yang menghadapi gangguan makan (eating disorder) di usia remaja. Pengalaman ini menyoroti tantangan kesehatan mental yang dihadapi banyak remaja, terutama terkait tekanan sosial dan citra tubuh.
Alya mengungkapkan bahwa tekanan sosial dan persepsi masyarakat tentang bentuk tubuh ideal menjadi pemicu utama kondisi tersebut. Ia menekankan pentingnya kesadaran dan dukungan keluarga dalam mengatasi masalah ini.
Tekanan Sosial dan Citra Tubuh: Pemicu Gangguan Makan pada Remaja
Namira, saat berusia sekitar 17 tahun, mengalami tekanan yang signifikan terkait citra tubuhnya. Ia terpengaruh oleh standar kecantikan yang tidak realistis yang digambarkan di media dan masyarakat.
Alya menjelaskan bahwa putrinya merasa terbebani oleh ekspektasi tersebut. Hal ini berdampak pada pola makan dan kesehatan mental Namira.
Peran Penting Kesadaran Diri dan Dukungan Keluarga
Beruntungnya, Namira menyadari sendiri bahwa ia membutuhkan bantuan profesional. Ia memiliki inisiatif untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog.
Inisiatif Namira untuk mencari bantuan profesional sangat penting. Dukungan keluarga juga berperan krusial dalam proses pemulihannya.
Peran Psikolog dalam Pemulihan Namira
Psikolog memberikan panduan penting bagi Namira, menekankan keseimbangan hidup antara pola makan sehat dan olahraga. Konseling membantu Namira mengubah persepsinya tentang bentuk tubuh ideal.
Terapi yang diterima Namira fokus pada pendekatan psikologis, bukan pengobatan medis. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan gangguan makan tidak selalu membutuhkan obat-obatan.
Proses Pemulihan dan Perubahan Pola Hidup
Awalnya, Namira kesulitan menemukan keseimbangan antara asupan makanan dan olahraga. Namun, seiring waktu, ia terbiasa dan menjadikan olahraga sebagai bagian penting dari hidupnya.
Namira secara konsisten mengimbangi pola makannya dengan olahraga. Ia mulai dengan olahraga ringan dan kemudian meningkatkan intensitasnya.
Ia bahkan berlari secara teratur, hingga akhirnya mengikuti lomba maraton. Hal ini membuktikan bahwa pemulihannya berhasil dan telah berdampak positif pada kesehatannya.
Proses pemulihan Namira sepenuhnya berfokus pada perubahan pola pikir dan gaya hidup sehat. Tidak ada penggunaan obat-obatan dalam proses pemulihannya.
Dari Pengalaman Pahit Menuju Prestasi
Pengalaman tersebut kini telah menjadi motivasi bagi Namira untuk berprestasi. Ia bahkan mengikuti jejak ibunya, Alya Rohali, dalam dunia olahraga lari.
Namira memulai kegiatan lari sejak usia 16 tahun dan kini telah berpartisipasi dalam berbagai lomba maraton. Ia mengubah pengalaman negatif menjadi kekuatan untuk mencapai tujuannya.
Kisah Alya dan Namira memberikan pesan penting tentang pentingnya kesadaran akan tekanan sosial dan citra tubuh, serta peran dukungan keluarga dan profesional dalam mengatasi gangguan makan pada remaja. Pemulihan yang sukses dicapai melalui pendekatan holistik yang berfokus pada keseimbangan hidup dan penerimaan diri.