Vagina yang lecet atau mengalami luka dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan nyeri, terutama saat buang air kecil atau berhubungan seksual. Meskipun umumnya bukan kondisi serius, rasa perih dan ketidaknyamanan tersebut dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penyebab lecet pada vagina beragam, mulai dari gesekan fisik hingga infeksi. Memahami penyebabnya penting untuk menentukan perawatan yang tepat dan mencegah kejadian berulang.
Penyebab Luka dan Lecet pada Vagina
Berikut beberapa penyebab umum lecet pada vagina yang perlu diperhatikan:
Kekurangan Pelumasan dan Menopause
Penurunan hormon estrogen, terutama pada masa menopause, menyebabkan berkurangnya produksi cairan vagina alami. Hal ini membuat vagina menjadi lebih kering dan rentan terhadap lecet saat terjadi gesekan, misalnya selama hubungan seksual.
Cairan pelumas alami yang cukup dihasilkan tubuh ketika wanita cukup terangsang. Kurangnya rangsangan atau penurunan hormon dapat menyebabkan kekeringan dan meningkatkan risiko lecet. Penggunaan pelumas berbasis air dapat membantu mengatasi masalah ini.
Posisi Seks yang Menyebabkan Gesekan Berlebih
Beberapa posisi seksual dapat meningkatkan gesekan dan risiko lecet pada vagina. Posisi yang agresif atau penetrasi yang terlalu dalam dapat menyebabkan iritasi dan luka pada dinding vagina.
Memilih posisi yang lebih lembut dan memungkinkan kontrol gerakan, seperti woman-on-top, dapat mengurangi risiko terjadinya lecet. Komunikasi yang terbuka dengan pasangan sangat penting untuk memastikan kenyamanan dan keamanan selama berhubungan seksual.
Infeksi Jamur dan Bakteri
Infeksi jamur atau bakteri pada vagina menyebabkan gatal-gatal. Menggaruk area yang gatal dapat memperparah iritasi dan menyebabkan luka atau lecet. Infeksi jamur sering ditandai dengan keputihan yang kental dan berwarna putih.
Penggunaan pakaian dalam yang ketat dan lembap juga dapat memperburuk infeksi. Menjaga kebersihan area kewanitaan dengan baik, menggunakan pakaian dalam berbahan katun, dan mengganti pembalut secara teratur sangat dianjurkan.
Reaksi Alergi
Beberapa produk perawatan kewanitaan, seperti sabun, pembersih vagina, atau kondom, dapat menyebabkan reaksi alergi yang menimbulkan iritasi dan lecet pada vagina.
Menggunakan produk hypoallergenic atau beralih ke produk alternatif dapat membantu mengatasi reaksi alergi. Jika alergi terjadi, segera hentikan penggunaan produk yang dicurigai dan konsultasikan dengan dokter.
Trauma Fisik
Trauma fisik akibat kecelakaan atau cedera juga dapat menyebabkan lecet pada vagina. Luka tersebut perlu mendapatkan penanganan medis untuk mencegah infeksi dan memastikan penyembuhan yang tepat.
Cara Mengobati Vagina yang Lecet dan Perih
Perawatan vagina yang lecet bertujuan untuk mengurangi rasa tidak nyaman, mencegah infeksi, dan mempercepat penyembuhan. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
Hindari Pembersihan yang Agresif
Hindari penggunaan douche atau semprotan pembersih vagina, karena dapat mengganggu keseimbangan bakteri alami di vagina. Cukup bersihkan area luar vagina dengan air hangat dan sabun hypoallergenic, jika diperlukan. Keringkan dengan lembut menggunakan handuk bersih.
Istirahat dari Aktivitas Seksual
Hindari berhubungan seksual sampai luka sembuh sepenuhnya. Gesekan selama berhubungan seksual akan memperparah luka dan memperlambat proses penyembuhan.
Hindari Menggaruk
Menggaruk area yang lecet hanya akan memperburuk iritasi dan meningkatkan risiko infeksi. Jika mengalami gatal, kompres area tersebut dengan air dingin untuk meredakan ketidaknyamanan.
Kompres Dingin
Kompres dingin dapat membantu mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri pada vagina yang lecet. Kompres selama 15-20 menit beberapa kali sehari.
Gunakan Pakaian Dalam yang Longgar
Kenakan pakaian dalam yang longgar dan berbahan katun untuk membantu menjaga area vagina tetap kering dan mengurangi iritasi. Hindari pakaian ketat atau bahan sintetis yang dapat memerangkap kelembapan.
Obat-obatan
Untuk meredakan nyeri, Anda bisa mengonsumsi obat pereda nyeri seperti paracetamol. Jika lecet disebabkan oleh infeksi jamur atau bakteri, dokter akan meresepkan obat antijamur atau antibiotik.
Konsultasi Dokter
Jika nyeri tidak kunjung hilang, muncul keputihan yang berbau tidak sedap, demam, atau perdarahan, segera konsultasikan dengan dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan dan memberikan penanganan yang tepat.
Penting untuk diingat bahwa informasi ini hanya bersifat edukatif dan tidak menggantikan konsultasi dengan tenaga medis profesional. Selalu konsultasikan dengan dokter atau bidan untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat sesuai kondisi Anda.