Saham Bank Syariah Indonesia (BSI) dengan kode ticker BRIS terpantau stabil pada perdagangan Kamis, 5 Juni 2025. Harga saham BRIS berada di angka 2.550 pada saat berita ini ditulis, tidak mengalami perubahan signifikan dari penutupan sebelumnya. Saham ini dibuka pada posisi 2.580 dan bergerak dalam rentang 2.540 hingga 2.600.
Meskipun relatif tenang hari ini, saham BRIS menunjukan kinerja yang kurang baik dalam jangka pendek. Secara mingguan, saham ini turun 13,51 persen. Kinerja tahunan (YTD) juga menunjukkan penurunan sebesar 8,27 persen.
Kondisi Saham BRIS dan Kinerja Fundamental BSI
Corporate Secretary BSI, Wisnu Sunandar, menjelaskan bahwa penurunan harga saham BRIS bukanlah fenomena yang terisolasi. Banyak emiten lain juga mengalami pelemahan akibat kondisi makro ekonomi dan aksi ambil untung oleh investor.
Meskipun harga saham sedang lesu, Wisnu menekankan bahwa kinerja fundamental BSI tetap positif. Ia percaya bahwa tren penurunan harga saham saat ini tidak merepresentasikan prospek jangka panjang perusahaan. Fluktuasi seperti ini dinilai wajar, terutama setelah periode pembagian dividen. “Investasi itu, kalau naik tinggi, dilakukan *profit taking*. Ketika turun, *it’s time to buy*,” kata Wisnu.
Rencana Pemisahan dari Bank Mandiri
Terkait isu pemisahan BSI dari Bank Mandiri (BMRI), Wisnu menyatakan bahwa hal tersebut berada di ranah pemegang saham. Ia enggan berkomentar lebih lanjut dan meminta publik untuk menunggu keputusan resmi dari pemegang saham.
BSI juga menolak untuk berspekulasi mengenai dampak pengambilalihan oleh Danantara terhadap kinerja perusahaan. Pihak BSI lebih memilih untuk fokus pada pencapaian target bisnisnya. Jika pemisahan memang terjadi, BSI akan berada langsung di bawah BPI Danantara.
Target Pembiayaan BSI dan Strategi Pertumbuhan
BSI memasang target ambisius untuk penyaluran pembiayaan di tahun 2025, yaitu sebesar Rp 310 triliun. Angka ini mewakili pertumbuhan 16,54 persen (yoy) dibandingkan realisasi pembiayaan tahun 2024 sebesar Rp 266 triliun.
Target ini ditetapkan meskipun Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan pembiayaan syariah dari 11-13 persen menjadi 8-11 persen untuk tahun 2025. BSI tetap optimis dan menyatakan belum ada rencana penurunan target, dengan revisi akan diumumkan setelah mendapat persetujuan regulator.
Strategi BSI International Expo 2025
Salah satu strategi kunci untuk mencapai target pembiayaan tersebut adalah melalui BSI International Expo 2025. Acara yang akan berlangsung pada 26-29 Juni di Jakarta Convention Center (JCC) ini diharapkan dapat memfasilitasi *business matching* antara UMKM dan mitra strategis BSI.
Expo ini juga membuka peluang pembiayaan skala besar, termasuk sindikasi korporasi. BSI melihat potensi besar dalam pembiayaan korporasi sebagai pendorong utama pertumbuhan bisnis.
Pentingnya Pembiayaan Korporasi
Saat ini, pembiayaan ritel masih mendominasi total pembiayaan nasional, mencapai 70 persen. Sisanya, 30 persen, berasal dari pembiayaan korporasi. BSI menyadari pentingnya meningkatkan porsi pembiayaan korporasi.
Strategi BSI adalah menjadikan pembiayaan korporasi sebagai *door opener* untuk menarik pembiayaan ritel dan *consumer*. BSI tidak hanya fokus pada satu perusahaan, tetapi juga pada seluruh ekosistem dan *value chain*-nya.
Meskipun revisi proyeksi pertumbuhan pembiayaan syariah telah dilakukan oleh Bank Indonesia, prospek jangka panjang ekonomi syariah tetap positif. Hal ini tetap menjadi landasan bagi optimisme BSI dalam mencapai target pembiayaannya. Kinerja saham BRIS yang fluktuatif saat ini merupakan bagian dari dinamika pasar dan tidak sepenuhnya mencerminkan fundamental perusahaan yang kuat.
