Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap pendidikan. Ia telah menanggung seluruh biaya pendidikan seorang siswa asal Cirebon yang viral karena meminum cairan pembersih lantai agar bisa tetap bersekolah. Kisah ini menyoroti pentingnya pemerataan dan akses pendidikan yang inklusif bagi semua anak Indonesia.
Siswa tersebut, sebelumnya bersekolah di SMA daerah Tengah Tani, Cirebon. Namun, berbagai kendala muncul, mulai dari biaya sekolah yang tertunggak hingga masalah administrasi ijazah. Kegigihan siswa ini untuk tetap mengenyam pendidikan meskipun dalam kondisi sulit, patut diapresiasi.
Perjuangan Siswa Cirebon dan Tindakan Dedi Mulyadi
Berkat bantuan Dedi Mulyadi, siswa tersebut kini telah resmi terdaftar di SMA Negeri 1 Cirebon melalui jalur mutasi. Tidak hanya itu, Gubernur Jawa Barat tersebut juga menanggung biaya pengobatan di rumah sakit dan pembelian seragam sekolah. Komitmen Dedi Mulyadi ini patut diacungi jempol, mencerminkan kepedulian nyata terhadap nasib anak-anak Indonesia.
Dedi Mulyadi secara pribadi turun tangan menyelesaikan berbagai masalah administrasi yang menghambat pendidikan siswa tersebut. Ia menghubungi pihak sekolah dan pesantren untuk memastikan kelancaran proses pendaftaran. Tunggakan biaya sekolah sebesar Rp 2 juta pun telah diselesaikan oleh Dedi Mulyadi.
Beliau bahkan berkomitmen untuk menanggung seluruh biaya pendidikan siswa tersebut hingga lulus SMA. Hal ini menunjukkan komitmen nyata Dedi Mulyadi untuk memastikan pendidikan yang layak bagi semua anak di Jawa Barat, tanpa memandang latar belakang ekonomi keluarga.
Larangan Kegiatan Seremonial Sekolah yang Memberatkan
Dalam kesempatan yang sama, Dedi Mulyadi kembali menegaskan larangannya terhadap berbagai kegiatan seremonial sekolah yang dinilai memberatkan orang tua siswa. Kegiatan seperti studi tur, acara perpisahan, dan outing class, menurutnya, hanya menambah beban finansial bagi keluarga yang kurang mampu.
Beliau menekankan bahwa tanggung jawab negara adalah untuk memastikan seluruh anak di Jawa Barat dapat menyelesaikan pendidikan hingga SMA tanpa beban biaya yang berlebihan. Hal ini sejalan dengan cita-cita untuk menciptakan pendidikan yang merata dan berkeadilan.
Dedi Mulyadi berharap agar semua anak di Jawa Barat dapat mengenyam pendidikan dengan tenang, tanpa harus membuat orang tua mereka pusing memikirkan biaya. Ini merupakan langkah penting dalam menciptakan generasi muda yang cerdas dan berdaya saing.
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jawa Barat
Dedi Mulyadi juga mengingatkan masyarakat Jawa Barat tentang dimulainya proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) atau SPMB. Ia menjelaskan bahwa istilah “murid” kembali digunakan secara resmi menggantikan “peserta didik”, karena lebih familiar di kalangan masyarakat.
Pendaftaran jalur zonasi, afirmasi, dan mutasi dibuka pada tanggal 10-16 Juni 2025. Sedangkan jalur prestasi akan dibuka pada tanggal 24 Juni hingga 1 Juli 2025. Semoga semua anak-anak Jawa Barat dapat bersekolah tanpa hambatan.
Analisis dan Opini
Tindakan Dedi Mulyadi ini patut diapresiasi sebagai wujud nyata dari kepemimpinan yang berpihak pada rakyat. Kisah siswa dari Cirebon ini menjadi refleksi bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan pemerataan akses pendidikan. Masih banyak anak-anak Indonesia yang membutuhkan bantuan untuk dapat mengenyam pendidikan yang layak.
Larangan terhadap kegiatan seremonial sekolah yang memberatkan juga merupakan langkah yang tepat. Hal ini akan mengurangi beban ekonomi orang tua dan fokus pada peningkatan kualitas pendidikan. Semoga kebijakan ini dapat diadopsi oleh pemerintah daerah lain di Indonesia.
Ke depan, diperlukan langkah-langkah konkrit dan berkelanjutan untuk memastikan akses pendidikan yang merata dan berkualitas bagi seluruh anak Indonesia. Pemerataan anggaran pendidikan, peningkatan kualitas guru, dan penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Editor: Raga Aditya