Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menanggapi dengan santai berbagai julukan yang diberikan kepadanya, mulai dari “Gubernur Pencitraan” hingga “Gubernur Konten”. Pernyataan ini disampaikan saat beliau menghadiri perayaan Hari Jadi Majalengka. Sikap santai ini menunjukkan kemampuannya menghadapi kritik publik.
Di acara tersebut, Dedi Mulyadi tidak hanya membahas isu pencitraan. Beliau juga memaparkan visi jangka panjangnya untuk Majalengka. Visi tersebut berfokus pada penataan wilayah yang lebih tertata, peningkatan ekonomi, dan pelibatan aktif masyarakat. Sentuhan estetika juga menjadi bagian penting dalam penataan wilayah.
Visi Dedi Mulyadi untuk Majalengka
Dedi Mulyadi ingin mengubah wajah Majalengka melalui pendekatan yang holistik. Tidak hanya fokus pada aspek ekonomi semata, namun juga memperhatikan keindahan dan estetika kota. Dengan cara ini, diharapkan Majalengka dapat menjadi daerah yang lebih menarik dan nyaman untuk ditinggali.
Pelibatan masyarakat menjadi kunci keberhasilan visi ini. Dedi Mulyadi menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan warga. Partisipasi aktif warga dalam pembangunan daerah akan mempercepat tercapainya tujuan pembangunan yang diinginkan.
Contoh Program yang Diterapkan
Salah satu contoh konkret dari visi ini adalah penataan pinggiran sungai di Majalengka. Program ini melibatkan penanaman pohon khas Majalengka untuk memperindah lingkungan dan menjaga kelestarian alam. Ini juga merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya lokal.
Selain itu, ada program pelatihan bagi para pedagang. Pelatihan ini difokuskan pada peningkatan penampilan pedagang dengan mengenakan pakaian tradisional seperti kebaya dan pangsi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan citra pariwisata Majalengka.
Dengan program-program ini, Dedi Mulyadi berharap dapat meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pariwisata. Penataan warung yang tertata rapi dan pedagang yang berpenampilan menarik akan membuat Majalengka lebih atraktif bagi wisatawan.
Tanggapan Terhadap Kritik Pencitraan
Dedi Mulyadi membandingkan dirinya dengan pihak-pihak yang dianggap melakukan pencitraan dengan menggunakan anggaran besar dari APBD. Beliau menegaskan bahwa dirinya tidak menggunakan dana sosialisasi dari Pemprov Jabar untuk publikasi.
Sebaliknya, Dedi Mulyadi membangun citra positif lewat aksi nyata dan kehadiran langsung di tengah masyarakat. Beliau berpendapat bahwa keberhasilannya terletak pada keterlibatan langsung dengan masyarakat dan bukan melalui penggunaan anggaran publik yang besar.
Ia juga menyindir praktik pencitraan yang menghabiskan dana APBD puluhan miliar untuk membayar media. Menurutnya, aksi nyata dan kehadiran di tengah masyarakat jauh lebih bermakna daripada pencitraan yang menghabiskan dana besar.
Dedi Mulyadi bahkan menyamakan namanya dengan mantan Presiden Jokowi, yang menurutnya merupakan berkah, karena mantan presiden tersebut telah memimpin selama dua periode. Hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan dirinya dan cara berpolitiknya yang cukup unik.
Kesimpulan
Pidato Dedi Mulyadi yang khas dengan gaya Sunda ini kembali menjadi perbincangan publik. Keberaniannya menanggapi kritik secara terbuka dan mengubahnya menjadi humor politik yang menyentil menjadi daya tarik tersendiri. Ia menunjukkan bahwa komunikasi politik yang efektif dapat dilakukan dengan cara yang kreatif dan menarik.
Keberhasilan Subang sebagai destinasi wisata menjadi contoh yang ingin ditiru di Majalengka. Dedi Mulyadi berharap Majalengka dapat mengembangkan potensi wisata lokal dengan pendekatan yang khas dan berkelanjutan.
Pernyataan Dedi Mulyadi tentang pencitraan dan visi untuk Majalengka menunjukkan gaya kepemimpinan yang unik dan menarik untuk diikuti. Konsistensi dalam menjalankan program dan tanggapannya yang lugas terhadap kritik menjadi ciri khas kepemimpinannya.
Penulis: Raga Aditya
Tags: Majalengka, Hari Jadi, Gubernur, Dedi Mulyadi