Desainer ternama Jenahara mendukung ayahnya, Keenan Nasution, dalam gugatan hak cipta lagu “Nuansa Bening”. Keenan Nasution dan Rudi Pekerti, pencipta lagu tersebut, menuntut Vidi Aldiano sebesar Rp 24,5 miliar atas dugaan penggunaan lagu tanpa izin selama 16 tahun.
Jenahara menjelaskan bahwa ayahnya tidak mencari keuntungan dari penjualan lagu. Gugatan ini lebih berfokus pada penegakan hak cipta dan kesadaran akan pentingnya menghargai karya musisi.
Gugatan Rp 24,5 Miliar dan Tujuannya
Nominal gugatan Rp 24,5 miliar mencerminkan kerugian yang dianggap diderita Keenan dan Rudi akibat penggunaan lagu “Nuansa Bening” tanpa izin selama periode yang panjang.
Tujuan utama gugatan ini bukan sekadar kompensasi finansial, tetapi juga untuk menyadarkan para pelaku industri musik akan pentingnya menghormati hak cipta.
Kuasa hukum Keenan Nasution, Minola Sebayang, menekankan pentingnya penghargaan terhadap hak profesional para pencipta lagu dan musisi. Hal ini diharapkan dapat mencegah pelanggaran serupa di masa depan.
Kronologi Permasalahan dan Temuan Kejanggalan
Daryl Nasution, anak Keenan yang tinggal di Australia, menjelaskan kronologi permasalahan. Penggunaan lagu “Nuansa Bening” dalam iklan pada Juli 2024 menjadi titik awal komunikasi dengan pihak Vidi Aldiano.
Penolakan tawaran Rp 50 juta sebagai “tanda terima kasih” dari pihak Vidi Aldiano menandakan keseriusan Keenan Nasution dalam memperjuangkan hak cipta lagunya.
Investigasi selanjutnya mengungkap beberapa kejanggalan dalam platform digital. Metadata lagu mencantumkan VA Records sebagai label dan Vidi Aldiano sebagai pencipta lagu, padahal Keenan dan Rudilah pencipta sebenarnya.
Kejanggalan ini mengakibatkan VA Records berpotensi menarik royalti yang seharusnya menjadi hak Keenan dan Rudi. Meskipun telah dilakukan beberapa pertemuan, kedua belah pihak belum mencapai kesepakatan.
Dukungan Keluarga dan Pesan Moral
Jenahara dan Daryl Nasution memberikan dukungan penuh kepada Keenan Nasution dalam perjuangannya ini. Mereka menekankan pentingnya menghormati hak cipta dan menghargai karya musisi.
Daryl menuliskan tentang pentingnya adab dan etika dalam industri musik. Ketidakhadirannya dalam kasus ini dianggap sebagai kesalahan besar yang merugikan pencipta lagu.
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya transparansi dan etika dalam industri musik. Perlindungan hak cipta merupakan hal krusial bagi keberlangsungan kreativitas para musisi.
Semoga kasus ini dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar lebih menghargai karya orang lain dan menaati aturan hak cipta.
Ke depan, diharapkan akan ada peningkatan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum hak cipta dalam industri musik Indonesia. Ini penting untuk melindungi karya para pencipta lagu dan mendorong kreativitas yang berkelanjutan.
