Di tengah hiruk pikuk Ibu Kota, setelah lelah bekerja dan melepas seragam kantor, tiga pria berkumpul dengan gitar, bass, dan drum. Bukan sekadar melepas penat, melainkan untuk menciptakan musik yang lebih bermakna daripada rutinitas mereka. Dari situlah Perunggu lahir, band yang dikenal sebagai “rock pulang kantor” yang jujur dan menyentuh di skena musik alternatif Indonesia.
Maul Ibrahim (vokal, gitar), Adam Adenan (bass, kibor, vokal latar), dan Ildo Hasman (drum, vokal latar) membentuk trio ini sejak 2019. Meskipun awalnya hanya sekadar hobi, Perunggu telah menjelma menjadi fenomena kecil yang konsisten menyuarakan keresahan dan harapan kehidupan perkotaan.
Album Debut “Memorandum” dan Lagu-Lagu Andalan
Album debut mereka, “Memorandum” (2022), bukan sekadar kumpulan lagu, tetapi sebuah surat terbuka tentang kehidupan. Album berisi 11 lagu dengan tema-tema yang dekat dengan siapa pun yang tumbuh, bekerja, dan mencintai di kota besar. Lagu-lagunya mengupas berbagai emosi, mulai dari kelelahan hingga cinta jarak jauh.
Lagu “Biang Lara” menceritakan kejujuran dalam menghadapi kekecewaan. “Ini Abadi” menyentuh kisah hubungan jarak jauh yang dipertahankan dengan penuh kepercayaan. Sementara “2012” menjadi ruang berduka bagi mereka yang ditinggalkan. Lagu “33x” menjadi pengakuan bahwa tidak apa-apa untuk tidak selalu baik-baik saja.
Proses pembuatan “Memorandum” pun unik. Dimulai saat Adam sedang studi di Inggris, prosesnya dilakukan jarak jauh melalui email, dan disempurnakan selama pandemi. Hasilnya, album ini menghadirkan suara segar dalam musik alternatif Indonesia, musik yang diciptakan bukan untuk viral, tetapi untuk bertahan.
Single Baru “Tapi” dan Menuju Album Kedua
Perunggu tak berhenti setelah “Memorandum”. Pada 29 November 2024, mereka merilis single baru, “Tapi”, sebagai pembuka menuju album kedua yang direncanakan rilis tahun 2025. Dirilis melalui Podium Records dan diproduksi secara mandiri, “Tapi” menunjukkan sisi Perunggu yang lebih ringan, namun tetap mendalam secara emosional.
Secara musikal, “Tapi” menawarkan nuansa berbeda. Terdapat drum yang lebih kalem, alunan synth yang halus, distorsi gitar yang dikurangi, dan modulasi vokal yang memperkaya warna musik. Ketiga personel memang sengaja bereksperimen untuk menciptakan sesuatu yang baru dan dinamis. Mereka melibatkan Enrico Octaviano (Lomba Sihir) dan Petra Sihombing sebagai produser untuk memperkaya produksi.
Lirik “Tapi” bercerita tentang pengalaman personal namun universal. Mengambil latar hubungan jarak jauh Bandung-Jakarta, lagu ini menggambarkan fase-fase penting dalam kehidupan perantau, dari keresahan eksistensial hingga keputusan besar pindah kota demi masa depan. Semua kekalutan itu akhirnya ditutup dengan “Doa Ibu”, sebuah penggambaran kekuatan doa yang mampu menguatkan langkah.
Filosofi Musik Perunggu: Kejujuran dan Keberlanjutan
Di tengah banyaknya band yang muncul untuk mencari popularitas, Perunggu hadir dengan cara yang berbeda. Mereka bermusik karena kebutuhan untuk bersuara, mencatat, dan mengekspresikan hal-hal yang tak selalu bisa diungkapkan di tempat kerja atau makan malam keluarga.
Dengan “Memorandum” dan “Tapi”, Perunggu membuktikan bahwa musik bukan hanya untuk musisi profesional. Mereka adalah pekerja kantoran yang bermusik bukan untuk menang, tetapi untuk bertahan. Itulah yang membuat musik mereka terasa dekat, nyata, dan menyentuh.
Kini, setelah menyapa pendengar dengan single baru, Perunggu siap untuk album kedua. Album ini kemungkinan akan menampilkan lirik dan musik yang lebih dewasa, tetapi tetap mempertahankan kejujuran sebagai ciri khas mereka. Hal ini menunjukkan komitmen band ini untuk terus berkarya dan bereksperimen.
Informasi Tambahan tentang Perkembangan Musik Indie Indonesia
Perkembangan musik indie di Indonesia semakin pesat. Banyak band indie yang berhasil mencuri perhatian publik dengan karya-karya mereka yang unik dan bermakna. Perunggu menjadi salah satu contoh band indie yang berhasil membangun basis penggemar yang loyal dengan konsistensi dan kualitas musik mereka.
Tren musik indie di Indonesia juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan media sosial. Platform digital seperti Spotify dan YouTube Music memberikan kesempatan bagi band indie untuk menjangkau lebih banyak pendengar. Hal ini memungkinkan band indie untuk lebih mudah mempromosikan karya mereka dan berinteraksi dengan penggemar. Perkembangan ini memberikan angin segar bagi band-band indie yang ingin terus berkarya dan berkembang.
Meskipun banyak tantangan yang dihadapi, musik indie Indonesia terus berkembang dan menunjukkan daya saingnya di kancah musik nasional bahkan internasional. Keberagaman genre, kreativitas, dan keunikan dalam bermusik menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta musik indie.
Keberhasilan Perunggu juga menunjukkan bahwa kesuksesan di industri musik tidak selalu bergantung pada popularitas instan. Konsistensi, kualitas musik, dan kejujuran dalam bercerita melalui lirik menjadi kunci utama untuk membangun karir yang panjang dan bermakna di industri musik.
Di masa depan, diharapkan lebih banyak lagi band indie Indonesia yang dapat mengikuti jejak keberhasilan Perunggu dan terus berkarya untuk memperkaya khazanah musik Indonesia. Dengan dukungan yang tepat dari berbagai pihak, musik indie Indonesia akan terus berkembang dan berjaya di kancah musik dunia.
Penulis: Candra Mega Sari
Sumber: cxomedia.id, superlive.id, cherrypop.id
Tags: band, rock, perunggu