Pasar saham global mengalami peningkatan signifikan sepanjang Mei 2025. Indeks-indeks utama di Amerika Serikat, seperti Dow Jones dan S&P 500, mencatat kenaikan yang cukup tajam. Hal ini menunjukkan adanya optimisme di pasar global. Namun, tantangan tetap ada.
Ketidakpastian kebijakan perdagangan AS, terutama yang berkaitan dengan kebijakan tarif Presiden Donald Trump terhadap mitra dagangnya, tetap menjadi bayang-bayang bagi pasar. Perubahan-perubahan mendadak dalam kebijakan ini menciptakan ketidakstabilan dan mempengaruhi sentimen investor.
Kenaikan Tajam di Pasar Saham AS dan Global
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 3,9% secara bulanan (MoM) dan menutup bulan Mei di angka 42.270,1. S&P 500 bahkan lebih impresif dengan kenaikan 6,2% MoM dan ditutup di level 5.911,7.
Namun, kenaikan ini tidak berjalan mulus. S&P 500 sempat mengalami penurunan 0,8% dari puncaknya di pertengahan Mei (5.958,4) akibat ketidakpastian kebijakan tarif. Perselisihan hukum antara U.S. Court of International Trade (CIT) dan pemerintah federal terkait kebijakan tarif Trump semakin memperburuk situasi. Tuduhan pelanggaran kesepakatan perdagangan oleh China menambah kekhawatiran.
Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, menyatakan bahwa pergeseran mendadak dalam kebijakan tarif AS menjadi penyebab utama volatilitas pasar saham global.
IHSG Melawan Arus: Kinerja Positif di Tengah Ketidakpastian Global
Berbeda dengan fluktuasi di pasar AS, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia justru mencatat kinerja cemerlang di bulan Mei. IHSG melonjak 6,0% secara MoM dan ditutup di level 7.175,8.
Kenaikan ini didorong oleh arus masuk dana asing yang signifikan, mencapai Rp 5,5 triliun (sekitar USD 336,9 juta). Fenomena ini menunjukkan bahwa pepatah “sell in May and go away” tampaknya tidak berlaku tahun ini di pasar Indonesia. Investor asing juga menunjukkan minat besar pada pasar obligasi pemerintah Indonesia, dengan arus masuk mencapai Rp 20,9 triliun (sekitar USD 1,3 miliar). Nilai tukar Rupiah pun menguat 1,9% secara bulanan, mencapai 16.290 per USD.
Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia juga turut meningkatkan optimisme investor terhadap prospek ekonomi Indonesia. Langkah ini dianggap sebagai sinyal kuat bahwa stabilitas ekonomi Indonesia terjaga.
Fundamental Ekonomi yang Lemah: Sebuah Tantangan bagi Optimisme Pasar
Meskipun pasar saham menunjukkan tren positif, penting untuk memperhatikan bahwa fundamental ekonomi belum sepenuhnya mendukung reli ini. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2025 diperkirakan akan lebih lemah dibanding kuartal sebelumnya.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, sebagai penggerak utama ekonomi Indonesia, diperkirakan hanya tumbuh moderat, kemungkinan di bawah 5,0% secara tahunan (YoY). Pertumbuhan investasi juga diproyeksikan tetap lesu.
Oleh karena itu, analis menyarankan investor untuk tetap berhati-hati dan tidak terlena oleh euforia pasar. Ketidakpastian global dan domestik masih perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi. Fundamental ekonomi yang belum solid perlu menjadi pertimbangan utama.
Diversifikasi Portofolio: Obligasi Pemerintah dan Rupiah sebagai Pilihan Aman
Meskipun pasar saham mengandung risiko, pasar obligasi pemerintah Indonesia menawarkan alternatif yang lebih stabil. Kebijakan moneter longgar Bank Indonesia diperkirakan akan menjaga stabilitas imbal hasil obligasi.
Penguatan Rupiah juga menjadi indikator meredanya tekanan eksternal terhadap pasar keuangan domestik. Stabilitas Rupiah menunjukkan kepercayaan pasar terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia tetap terjaga. Hal ini memberikan ruang bagi investor untuk melakukan diversifikasi portofolio.
Dengan stabilitas Rupiah dan penurunan suku bunga, pasar obligasi menjadi pilihan yang relatif aman di tengah ketidakpastian ekonomi global. Investor dapat mempertimbangkan untuk menambah alokasi portofolio di instrumen ini.
Meskipun pasar saham global dan Indonesia menunjukkan kinerja positif pada bulan Mei 2025, penting bagi investor untuk tetap waspada dan mempertimbangkan faktor fundamental ekonomi serta risiko global sebelum mengambil keputusan investasi. Diversifikasi portofolio menjadi strategi yang bijak untuk mengurangi risiko dan memaksimalkan keuntungan. Kondisi pasar yang dinamis menuntut pendekatan yang cermat dan analitis.