Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengalami penurunan signifikan dalam beberapa hari terakhir. Namun, manajemen BSI memandang koreksi ini sebagai hal yang wajar dan masih berada dalam batas yang dapat diterima.
Corporate Secretary BSI, Wisnu Sunandar, menjelaskan bahwa penurunan ini tidak hanya dialami BRIS, tetapi juga beberapa emiten lainnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi makro ekonomi dan aksi ambil untung (profit taking) pasca musim pembagian dividen.
Kinerja Fundamental BSI Tetap Positif
Wisnu menegaskan bahwa kinerja fundamental BSI tetap kuat dan positif. Penurunan harga saham saat ini tidak merepresentasikan prospek jangka panjang perusahaan yang sebenarnya.
Menurutnya, fluktuasi harga saham seperti ini merupakan hal yang lumrah, terutama setelah periode pembagian dividen. Pasar saham selalu dinamis dan mengalami berbagai siklus.
Ia menambahkan bahwa banyak investor melakukan profit taking setelah pembagian dividen. Ini merupakan hal yang biasa terjadi di pasar modal.
Momentum Koreksi Saham BRIS: Kesempatan Beli
Wisnu menyarankan agar investor melihat penurunan harga saham BRIS sebagai peluang pembelian. Saham BRIS sebelumnya sempat mencapai level Rp 3.000, dan kini dinilai berpotensi kembali menguat.
Ia mencontohkan, investor yang membeli saham BRIS di awal tahun, ketika harganya sekitar Rp 2.100, telah meraih keuntungan signifikan. Penurunan saat ini dianggap sebagai koreksi teknikal sementara.
Pergerakan harga saham BRIS menunjukkan bahwa pasar sedang mengalami jeda, bukan indikasi pelemahan fundamental perusahaan.
Penurunan 8,27%: Time to Buy
Menanggapi penurunan harga saham BRIS sebesar 8,27% pada hari perdagangan tertentu, Wisnu kembali menegaskan bahwa investor tidak perlu panik. Fluktuasi harga adalah hal biasa dalam investasi saham.
Ia menekankan bahwa saat harga saham naik, investor cenderung melakukan profit taking. Sebaliknya, ketika harga turun, ini adalah momen yang tepat untuk melakukan akumulasi.
Investor yang telah mendapatkan keuntungan signifikan di awal tahun, menurut Wisnu, memiliki kesempatan emas untuk kembali berinvestasi di BRIS dengan harga yang lebih rendah.
Pada perdagangan tersebut, saham BRIS ditutup pada harga 2.550. Secara mingguan, saham BRIS turun 13 persen, dan secara year to date (YTD) turun 8,27 persen.
Wisnu menyimpulkan bahwa siklus naik-turun harga saham adalah hal yang normal. Investor yang bijak akan memanfaatkan setiap momentum untuk memaksimalkan portofolio investasi mereka.
Dengan fundamental perusahaan yang masih kuat, penurunan harga saham BRIS saat ini bisa menjadi peluang bagi investor jangka panjang untuk menambah kepemilikan saham.